Dampak Perceraian bagi Perkembangan Anak
Oleh: Yani Dwi Purwanti, S.Psi.
Guru Bimbingan Konseling SMP Islam Terpadu PAPB Semarang
BAGI-seorang anak, mempunyai keluarga yang utuh adalah hal yang sangat membahagiakan. Seorang anak yang memiliki keluarga yang lengkap (ada ayah dan ibu) biasanya akan terlihat ceria. Akan berbeda dengan anak-anak yang hidup dengan keluarga yang tidak utuh, mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan ada perceraian dalam keluarganya. Keadaan seperti ini akan memperngaruhi psikologi anak, mereka akan sangat terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga. Mereka akan sangat terpukul, kehilangan harapan, cenderung menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada keluarganya.
Qaila (bukan nama sesungguhnya) sosok mungil yang selalu ceria dalam kesehariannya, menjadi pribadi yang pemurung. Meski kadang senyum tipisnya masih berusaha ia tampakkan di hadapan teman-temannya, tetapi ada beban berat yang ia rasakan akibat dari perceraian kedua orang tuanya.
Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian orangtuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang terbaik yang mereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat menghilangkan kegundahan hati anak-anaknya. Masa yang sulit utuk bisa dihadapi oleh seorang anak karena kehilangan figur baik ayah atau ibu, yang setiap harinya ada bersamanya, dan akan terus menjadi permasalahan bagi anak jika sebagai orang tua atau orang yang berada di sekelilingnya tidak membantunya.
Beberapa psikolog menyatakan, bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah dan di sekolah.
Jangan memaksa anak-anak untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau paman, yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya. Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti ketika belum ada perceraian.
Peran guru
Kasus-kasus tentang orang tua yang bercerai ternyata berdampak dalam psikologis anak dan prestasi belajar menjadi menurun. Oleh karenanya peran guru disekolah bisa membantu anak mengatasi problem ini. Orang tua bisa berkomunikasi dengan pihak luar yang sekiranya bisa membantu dalam pendampingan anak misal kepada guru di sekolah bisa wali kelas, ataupun guru Bimbingan Konseling (BK).
Komunikasi yang di bangun antara orang tua dan sekolah, (misal Wali Kelas dan Guru BK) bisa terwujud jika orang tua terbuka dan menyadari hal ini sebagai bagian dari keberhasilan anak beradaptasi terhadap perceraian yang dialami. Hal yang bisa dilakukan sebagai guru BK adalah memberikan layanan konseling pribadi. Melalui layanan konseling kepada anak untuk mengungkapkan perasaan mereka, baik yang positif maupun negatif, mengenai apa yang sudah terjadi.
Sangatlah penting dukungan yang diberikan guru terhadap pandangan anak tentang perubahan hidup yang dialami, memberikan penguatan tentang perasaan dan memotivasi anak untuk terus menumbuhkan semangat belajarnya. Dari beberapa kasus yang ada, dampak perceraian orang tua bisa terlihat pada hal berikut: Anak mulai menderita kecemasan yang tinggi dan ketakutan; anak merasa terjepit di tengah-tengah. Terlebih, karena dalam hal ini anak sulit sekali memilih papa atau mama. Lalu anak sering kali mempunyai rasa bersalah; dan kalau kedua orang tuanya sedang bertengkar, itu memungkinkan anak bisa membenci salah satu orang tuanya. Yang terakhir, anak akan tampak murung dan tak bersemangat belajar.
Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam beradaptasi terhadap perubahan hidupnya ditentukan oleh daya tahan dalam dirinya sendiri, pandangannya terhadap perceraian, cara orangtua menghadapi perceraian, pola asuh dari si orangtua tunggal dan terjalinnya hubungan baik dengan kedua orangtuanya.
Bagi orangtua yang bercerai, mungkin sulit untuk melakukan intervensi pada daya tahan anak karena hal tersebut tergantung pada pribadi masing-masing anak, tetapi sebagai orangtua mereka dapat membantu anak untuk membuatnya memiliki pandangan yang tidak buruk tentang perceraian yang terjadi dan tetap punya hubungan baik dengan kedua orangtuanya. Oleh karena itu, sinergi antara orang tua dan sekolah yang baik, tentunya memberikan dampak yang positif terhadap perkembagan psikologis anak. (hkl-man/18)