Mendesain Keasyikan Belajar IPS

Oleh: Murni Arum Sari, M.Pd. *
ILMU-Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan dalam kurikulum di sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK). IPS terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan yang di dibahas, dikaji, dan dipraktikkan. Semuanya dikemas dan dipadukan dalam satu mata pelajaran.
Menurut Rudy Gunawan (2011:39), belajar IPS itu belajar mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Aspek kajiannya antara lain : manusia, tempat dimana mereka tinggal, dan lingkungan di mana mereka tinggal (Geografi), selanjutnya juga mengkaji aspek waktu, keberlanjutan, dan Perubahan masyarakat (Sejarah), juga mengkaji sistem sosial dan budaya masyarakat (Sosiologi) dan terakhir mengkaji perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Ekonomi).
IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik, peserta didik harus menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global.
IPS merupakan pelajaran yang diidentikkan sebagai mata pelajaran hafalan, mengingat objek kajiannya yang luas dan menyeluruh, serta berkaitan satu sama lain. Sejatinya IPS itu adalah ilmu yang ada di sekitar kita. Mulai dari kejadian atau peristiwa masa lampau, lingkungan tempat tinggal dan implikasinya terhadap upaya pemenuhan kebutuhan, interaksi antar individu dalam suatu tempat, dan masih banyak lagi aspek yang masuk dalam kajian IPS. Jadi, kurang tepat dan mengena kalau siswa hanya dijejali dengan hafalan materi-materi pelajaran IPS tanpa mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang ia pelajari.
Teori pembelajaran yang dipakai dan dianut oleh guru, haruslah disesuaikan dengan sub materi atau cabang-cabang IPS yang akan ia ajarkan. Guru sebaiknya tidak hanya mendesain agar siswa hanya meningkatkan ranah kognitifnya saja dengan menghafal setiap materi yang diajarkan. Penggunaan teori pembelajaran konstruk kognitif seperti itu perlu, agar peserta didik memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumnya. Tetapi, bukankan dalam pembelajaran IPS bukan mengejar sebanyak apa kata-kata, angka dan istilah yang diingat dan dihafal, tetapi lebih kepada menerapkan dan memahami apa yang dipelajarinya dalam IPS di sekolah dengan apa yang ada di kehidupan nyata.
Belajar IPS di sini juga tidak akan optimal dari pembelajaran, jika hanya dilakukan dengan menghafal dan menjejalkan berbagai materi ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu pengetahuan sosial khususnya. Bagaimana cara guru mengajarkan IPS agar para siswa merasa senang dan memperoleh manfaat dengan mempelajari IPS? Hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran IPS di kelas, dapat mengkonstruksikan pengalaman siswa supaya dapat digunakan dalam pembelajaran IPS dan tidak menggunakan metode ceramah saja.
Agar proses pembelajaran IPS tersebut menyenangkan, menantang tetapi juga bermakna bagi siswa. Mengubah suatu kebiasaan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, demikian halnya dengan proses belajar mengajar yang sudah terbiasa menggunakan metode ceramah, tetapi hal tersebut bukan tidak mungkin untuk kita lakukan. Di antaranya melalui pendekatan konstruktivistik proses belajar-mengajar dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik dengan produk kegiatan adalah membangun persepsi dan cara pandang siswa mengenai materi yang dipelajari, mengembangkan masalah baru, dan membangun konsep-konsep baru dengan menggunakan evaluasi yang dilakukan pada saat KBM berlangsung.
Dengan pengajaran ini, kualitas pengajaran dapat ditingkatkan. Siswa dipandang sebagai individu mandiri yang memiliki potensi belajar. Sapriya (2009) mengatakan dalam bidang pendidikan IPS (PIPS), baik yang bersifat school based maupun community based, tantangan yang dihadapi tidaklah sederhana. Tantangan mendesak yang perlu dijawab adalah terkait dengan upaya peningkatan kualitas (mutu) pendidikan. Guru mengajarkan IPS dengan metode ceramah yang terlalu sering tidak efektif lagi, guru harus mengubah cara mengajarnya agar lebih menarik dan menyenangkan untuk siswa, sehingga siswa akan dapat menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran harus terpusat pada peserta didik, dan pendidik hanya sebagai fasilitator saja.
Adapun hambatan datang dari siswa sebagai peserta didik, banyak siswa yang susah menyerap apa yang disampaikan guru sampai siswa yang tidak memiliki cukup motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika masalah ada pada siswa, maka guru dapat melakukan pendekatan dengan siswa tersebut untuk mengetahui mengapa siswa itu bermasalah dalam proses belajar IPS. Dapat juga menggunakan pendekatan personal secara face to face akan membuat siswa lebih nyaman saat mengutarakan masalahnya. Saat siswa mencurahkan hambatannya, guru sebisa mungkin untuk memposisikan diri dalam menyelesaikan hal tersebut yang menjadikan sebuah hambatan bagi siswa dan guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai sahabat dan orang tua. Sehingga membuat siswa merasa nyaman.
Pada posisi ini, guru harus menjadi pendengar yang baik sekaligus sebagai pemberi motivasi dan jalan keluar untuk siswa tersebut. Kalau anak belajar IPS biasanya kurang memiliki rasa greget karena guru lebih banyak ceramah daripada siswa yang aktif. Siswa SMP sangat menyukai kegiatan belajar yang menantang sedangkan guru yang bijak harus senantiasa memberikan tantangan baru kepada siswanya dengan begitu anak akan lebih aktif dalam pembelajaran IPS. Kegiatan belajar yang menantang akan menumbuhkan minat belajar pada siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan mereka pelajari pada waktu pembelajaran, memberikan siswa dalam pembelajaran dengan suatu masalah agar mereka selesaikan.
Permasalahan bisa berupa pertanyaan yang mengharuskan, sehingga siswa harus menemukan jawaban dan solusinya dengan membaca untuk menemukan jawabannya. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk memilih sumber bisa dari buku atau dari internet agar bisa menemukan jawabannya, ajak siswa untuk membahasnya dan guru memberikan penguatan kepada siswa. Demikianlah upaya guru untuk mengubah hafalan dalam belajar IPS dengan tujuan IPS tidak hanya sekadar diingat sebagai hafalan, melainkan ilmu yang ada di sekitar yang mencakup semua sendi kehidupan.
* Penulis adalah Guru IPS SMP Islam Terpadu PAPB Semarang
Editor Bahasa: Tri Wahyuni
Ilustrator Gambar: Mokhamad Malikul Alam
Tag:Belajar IPS, IPS