Meneguhkan Arti Kebersamaan

KEBERSAMAAN– adalah pangkal dalam menuntaskan beban yang berat. Kebersamaan adalah ’sama, bersama’, dengan makna sama artinya seragam dan bersama yang berarti tidak sendirian. Jadi, kebersamaan (kolektifitas) adalah melaksanakan suatu kegiatan atau aktivitas secara bersama (lebih dari satu orang).
Terlebih Islam pun sudah memberikan tuntunan dalam surat Ali Imran: 103, agar kita tetap bersatu dan jangan bercerai berai. Tuntunan itu bila kita telisik bukanlah tanpa sebab, karena didalamnya mengandung dimensi muammalah (hubungan antar manusia) agar persoalan-persoalan terkait hajat hidup manusia, lembaga, pemerintahan dan lain sebagainya bisa tersukseskan dengan memperteguh kebersamaan dan bukan cerai berai berjalan sendiri-sendiri.
Bisa dibayangkan apa jadinya kalau kita tak pandai menempatkan diri pada orang lain. Maunya dilayani, memerintah namun giliran diminta melaksanakan ogah dan tak ikut mensukseskan.
Justru kita sebagai manusia perlu ingat dengan seingat-ingatnya, bahwa sekuat apapun diri kita, sekaya apapun harta kita dan se-brilian apapun otak kita, kita akan tetap membutuhkan orang lain. Justru, bila kita tidak membutuhkan orang lain itulah awal bibit kesombongan diri ini muncul. Lalu pertanyaannya, pantaskah kita sombong padahal hanya Allah SWT lah zat yang pantas untuk sifat itu?
Justru, bila kita sombong meminjam bahasa Ilmu Tasawuf ada penyakit yang lagi bersarang, yang perlu obat, namun kadang kita enggan mengobati. Padahal bila tidak diobati, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW, kebaikan kita laksana kayu bakar yang langsung habis dilalap api. Jadi, amal kita seakan impas, zero amal, karena kesombongan yang kita pelihara dari waktu ke waktu. Padahal itu baru satu penyakit hati berupa sombong belaka, belum yang dengki, iri, hasud, merendahkan orang lain dan lain sebagainya.
Disinilah bagi penulis, titik nadir yang namanya kebersamaan itu perlu diperkuat. Diantara juga dalam masalah bagaimana merubah sikap pribadi kita baik didalam keluarga, masyarakat lebih-lebih dilembaga pendidikan. Karena bagaimanapun pendidikan akan bisa meresap –minjam teori belajar konstruktif ala Jean Piaget— dalam prilaku orang lain bila kita punya satu kata, tindakan, sikap yang sama-sama untuk kita konstruk melalui kebersamaan tentu akan menjadi pengalaman tersendiri bagi anak.
Alhasil, tentu akan jauh lebih indah pemandangannya bila hal itu bisa terwujud. Karena, justru lewat kebersamaan akan tercemin sikap hidup yang menarik diantaranya: Pertama, sehati dan sepikir walau dalam otak kita banyak perbedaan. Kedua, menanggalkan egoisme demi tujuan kemaslahatan yang lebih besar. Ketiga, terwujudnya sikap saling randah hati, dan keempat, rela berkorban untuk bersama saling membantu demi menuntaskan pekerjaan.
Akhirnya, mengutip kata-mutiarabijak.com bahwa kehidupan mengharuskan kita memiliki rasa kebersamaan, karena saat bersama diri kita menjadi utuh.
Meneguhkan Arti Kebersamaan Artikel Oleh : Usman Roin
(Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru Ekskul Jurnalistik SMP IT PAPB Semarang)