Nabi Ibrahim dan Bukti Ketaatan pada Tuhan
Oleh: M. Abdul Haris*
KEPATUHAN-seorang hamba kepada Allah harus melebihi kecintaannya terhadap dunia. Pun kepatuhan seorang anak kepada orangtua juga harus melebihi apapun yang dicintainya di dunia ini. Hal tersebut telah di contohkan Nabi Ibrahim.
Secara historis, suatu malam Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya sendiri. Perlu diketahui, mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah. Maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu, wajib dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
Sebagai seorang ayah yang baru dikaruniai seorang putera yang sejak puluhan tahun, yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyambung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan kurban.
Namun sebagai seorang nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah. Artinya, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cinta kepada-Nya di atas cintanya kepada anak, istri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang hanya diwahyukan melalui mimpinya untuk menyembelih putra tercintanya.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim. Namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud: “Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.” Nabi Ibrahim pun berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya, sebagai kurban, sesuai dengan perintah Allah yang telah diterima.
Kemudian, berangkatlah Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan. Nabi Ibrahim berkata pada putranya, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”
Mendengar apa yang disampaikan sang ayah, Nabi Ismail sebagai anak yang saleh dan taat kepada Allah dan bakti kepada orangtuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102).
Sontak Nabi Ibrahim terkejut, karena keikhlasan puteranya untuk senantiasa menjalankan wahyu dan perintah Allah. Namun dikala penyembelihan tiba, diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah pisau tajam yang sudah tersedia. Sambil memegang pisau di tangannya, kedua mata Nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah pandangannya dari wajah puteranya ke pisau yang mengilap di tangannya. Pada peristiwa itu hati beliau bergejolak, menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah dan kewajiban seorang Rasul.
Baca juga: Jalan Memperbaiki Hubungan dengan Tuhan
Pada akhirnya, karena Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari surga, yang besar berwarna putih.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya, untuk berbakti melaksanakan perintah Allah. Sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam kebaktiannya kepada-Nya, dan kepada orangtuanya dengan menyerahkan jiwa raga untuk dikorbankan. Kisah keteguhan di atas adalah bagian dari sejarah di peringati sebagai hari Raya Iduladha atau kurban.
* Penulis adalah guru Baca Tulis Alquran (BTAQ) SMP Islam Terpadu PAPB Semarang.
Editor Bahasa: Mokhamad Malikul Alam
Ilustrator Gambar: Mokhamad Malikul Alam
Tag:iduladha, kurba di papb, SMP IT PAPB