“Obrolan” yang Sarat Makna
Oleh: Usman Roin *
KALI-kedua penulis diundang dalam acara talkshow oleh Paguyuban Pendengan dan Pemerhati Radio Republik Indonesia Semarang (PAPPERIS) yang beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 144-146 Semarang.
Bila acara bincang malam yang pertama, Kamis (7/11/2019), penulis diundang dalam rangka bahasan Hari Sumpah Pemuda: Membangun Karakter Positif Pemuda Indonesia utamanya pasca kemerdekaan, kali ini penulis diundang khusus sebagai narasumber utama. Yakni, tentang bahasan Teknik Dasar Menulis (Jurnalis) Solusi Belajar Siswa Milenial.
Undangan kedua untuk talkshow di studio PRO 1, yang merupakan kanal ‘inspirasi’, di frekuensi FM 89 MHz dan AM 801 KHz, karena penulis punya pengalaman praksis sebagai guru Ekstrakurikuler Jurnalistik di SMP IT PAPB Semarang. Terlebih, pengalaman penulis dari hasil catatan ‘sementara’ berjudul Mengajar Ekskul Jurnalistik, rencana akan penulis terbitkan menjadi buku. Apalagi, penulis ternyata sudah ‘menuju’ delapan tahun membimbing ekskul Jurnalistik di SMP IT PAPB Semarang mulai dari tahun 2013 hingga sekarang 2020.
Keberadaan ekskul Jurnalistik SMP IT PAPB Semarang, secara non akademik, telah ikut menorehkan prestasi menjadi juara II Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) tingkat Kota Semarang pada tahun 2017, juara I LKJS tahun 2018, dan kembali juara II pada tahun 2019. Tentu pertimbangan pengalaman menulis itulah yang menjadi penguat diundang dan diberi kesempatan kembali penulis, berbagi ilmu tentang menulis melalui studio PRO 1 RRI Semarang.
Yang menarik dari bincang-bincang malam PRO 1 RRI Semarang ini berkonsep kekeluargaan. Sebagaimana saat kita-kita berkumpul di masyarakat yang mengobrolkan sesuatu. Karena para tokoh yang hadir mewakili karakternya sendiri-sendiri. Sebagai contoh R. Soejarto sebagai Mbah Siman, Siti Isnur HS sebagai Bu Lurah, Drs. Mardiyono sebagai Pak Tomas, M. Nizar Saputro sebagai Mas Bujang, Slamet sebagai Kak Slam, H. A. Sahid sebagai Pak Bos, dan masih banyak yang lainnya.
Obrolan berdurasi 60 menit dari pukul 20.00-21.00 Wib ini, mempunyai kekhasan Jawa. Walau ada bumbu-bumbu dialek Bahasa Indonesia yang diselingi oleh guyonan khas jagongan yang sarat makna. Dimulai dari intro sebagai penanda bahwa obrolan akan segera dimulai. Lalu, disusul dengan pembacaan puisi atau gurit (coretane tembung dadi ukara kang karakit ing larik-larik mawa basa kang endah). Kemudian obrolan dimulai antara satu tokoh yang kemudian diiringi kehadiran satu tokoh yang masuk sebagai patner dialog. Hingga kemudian, kedua tokoh ini pun berkumpul bersama-sama di rumah Pak RT, yang ternyata sudah berkumpul banyak orang. Ditambah pula kehadiran narasumber, untuk mengupas tuntas obrolan ‘sesuatu hal’ yang menarik. Hingga kemudian, sebagai puncak obrolan akan ada closing statement.
Bagi penulis, ini adalah pengalaman luar biasa. Karena jujur, tahun 2007, penulis juga pernah menjadi penyiar di Radio Dakwah Islam (Dais) MAJT. Jadi, terkait dengan pola siaran, penulis masih ada pengalaman yang melekat. Adapun sekarang, mewakili institusi, sebagai bagian terkecil dari insan pendidik ‘di luar’ profesi sebagai pendidik sebenarnya, penulis harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Hal di atas tidak penulis permasalahkan. Bisa mewakili sekolah yang notabene hanya pengajar ekstrakurikuler, bisa ikut berpartisipasi menyampaikan ilmu dan memperkenalkan sekolah adalah hal yang tidak boleh penulis lupakan. Menyampaikan ilmu, karena penulis memiliki pengalaman di bidang tulis menulis. Sebagaimana kata mutiara Arab (2018:138) mengatakan Al’ilmu afdholu kholafi wal’amalu bihi akmalu syarafi (Ilmu adalah sebaik-baik penerus, dan mengamalkan ilmu itu adalah kemuliaan yang paling sempurna). Adapun terkait memperkenalkan sekolah, adalah bagian dari ikut membesarkan lembaga pendidikan, bahwa keberadaan ekskul Jurnalistik di SMP IT PAPB Semarang memiliki daya tawar yang tidak bisa dianggap remeh.
Perbincangan dengan inti pembahasan cara mengajarkan menulis untuk generasi milenial ini serasa gayeng sekali. Bahkan, selaku narasumber, penulis diminta oleh Mbah Siman untuk membawa salah satu siswa ekskul yang penulis ampu. Memang, awalnya penulis agak mikir. Siapa kira-kira yang akan penulis ajak untuk ikut menemani di acara bincang-bincang tersebut. Namun alhamdulillah, penulis coba memilih Muhammad Dzaky Adhiguna yang merupakan siswa disiplin, senang dengan dunia tulis menulis, dan selalu terampil dalam menyelesaikan hasil karya tulis yang dibuat.
Saat obrolan, tidak disangka Dzaky yang merupakan siswa kelas 8C, pandai sekali ikut menjawab berbagai obrolan yang pertanyaannya dialamatkan kepadanya. Bahkan, dia juga membuat dan mempersiapkan catatan (sebagaimana penulis) selaku narasumber, untuk bekal dalam obrolan dibincang malam di PRO 1 RRI Semarang. Yang menjadi pertanyaan guyonan sambil ngakak adalah, apakah warga PAPB juga memonitor obrolan tersebut?
Untuk mengetahuinya, penulis tidak memerlukan jawaban ia atau tidak. Keberhasilan kami, penulis dan siswa SMP IT PAPB Semarang untuk menyukseskan acara obrolan malam tersebut jauh lebih penting. Minimal, kehadiran kami mampu menjadi magnet para tokoh pemeran obrolan, bahwa kualitas narasumber dan almamater lembaga pendidikan yang dibawa tidak perlu diragukan. Di satu sisi, secara pribadi ini memberikan pengalaman tersendiri bagi kami, yakni penulis dan siswa didik penulis.
Obrolan dalam komunitas masyarakat itu tidak boleh ada yang dominan, melainkan clue (petunjuk) sebagai benang merahnya saja itulah yang perlu disampaikan. Jika terlalu dominan itu namanya ‘egoistis’. Intinya, alur pembicaraan dan solusi yang cermat dalam menyampaikan itulah esensi dialogis yang ingin dibangun. Yang terpenting, obrolan antar tokoh ini memberikan efisiensi kata dari banyaknya orang yang suka boros berbicara saat dikasih kesempatan ngomong. Inilah pelajaran penting yang bisa penulis petik dari acara bincang malam di PRO 1 RRI Semarang pada Kamis (30/1/2020). Semoga di lain waktu, kami bisa ikut mengobrol lagi dengan topik dan bahasan menarik lainnya. Amin ya rabbal ‘alamin.
* Penulis adalah Guru Ektrakurikuler Jurnalistik SMP Islam Terpadu PAPB Semarang.
Editor Bahasa: Mokhamad Malikul Alam
Ilustrasi Gambar: Mokhamad Malikul Alam