Siswa PAPB Torehkan Medali Emas Wice dari Alat Peringatan Menjaga Jarak
smpislampapb.sch.id – Kabar gembira datang dari sekelompok siswa SMP IT PAPB Semarang yang sangat kreatif dan juga berprestasi dalam membuat mahakarya yang sangat dibutuhkan untuk kondisi sekarang ini. 5 siswa SMP Islam Terpadu PAPB Semarang ini dapat menciptakan alat peringatan untuk menjaga jarak yang diberi nama Pin Social Distancing atau Pin SD ini sangat berguna bagi penyandang disabilitas untuk bisa menjaga jarak.
Siapa sangka, alat ini mendapatkan penghargaan dari World Invention Competition and Exhibition (WICE) Malaysia dengan penghargaan yang sangat tinggi, yaitu gold medal (medali emas) dan special award.
Kelima siswa kreatif itu adalah Arwin Rasyid, Muhammad Fawwaz Akio, Danendra Natha Priyangga, Attala Gusti Darmaputra, dan Dzaky Ikhsan Sheva. Hanya Dzaki yang duduk di kelas 7, lainnya siswa kelas 9. Tim sains SMP IT PAPB Semarang ini berhasil mengalahkan 359 tim dari 29 negara.
Siapa sangka, alat yang berhasil mendapatkan gold medal itu hanya dibuat dalam waktu yang sangat singkat yaitu 3 bulan dan hanya mengandalkan aplikasi Zoom Meeting dan Google Meet saat berdiskusi.
Ide yang cemerlang ini datang dari himbauan pemerintah untuk melakukan 3M, diantaranya adalah memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau social distancing. Belakangan ditambah lagi, yakni menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Saat ditanyai mengenai alasannya, team leader Arwin Rasyid mengatakan, “Ini memerlukan perhatian khusus bagi orang tua yang memiliki siswa yang masih duduk di bangku SD dan penyandang disabilitas untuk patuh menerapkan 3M tersebut”.
Arwin menambahkan jika alat ini merupakan hal yang sangat bagus karena di beberapa daerah sekolah sudah menerapkan sistem belajar mengajar seperti biasanya. Namun, ia tahu jika tidak semuanya bisa menerapkan prokes secara ketat khususnya untuk anak SD dan penyandang disabilitas terkait dengan menjaga jarak. Maka dari itu, dibuatlah peniti dengan sensor ultrasonik yang dapat dipasang di tas atau pada pakaian anak. Sehingga ketika terjadi kontak, siswa akan diberikan peringatan untuk selalu menjaga jarak.
“Itu juga bisa mengingatkan mereka untuk memakai masker dan mencuci tangan melalui speaker yang terintegrasi dengan pin tersebut,” tambah Muhammad Fawwaz Akio sebagai salah satu dari kelima team tersebut.
Selain itu, di tampilan sampingnya terdapat pemancar sebagai bagian sensor transmitter yang akan aktif pada saat sensor ultrasonik mendeteksi objek yang jaraknya kurang dari satu meter. Ini adalah syarat minimal jarak social distancing. Kemudian penerima yang akan aktif setelah menerima pantulan gelombang ultrasonik dari objek yang akan diteruskan ke arduino untuk mengendalikan IC Recorder yang secara otomatis akan membunyikan peringatan untuk menjaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan.
Danendra Natha Priyangga juga menambahkan, cara kerja komponen transmitter ini akan aktif saat sensor ultrasonik di dalam mendeteksi objek di depannya yang berjarak kurang dari satu meter. Ini sesuai protokol social distancing. Bagian ini akan aktif sesudah mendapatkan pantulan gelombang ultrasonik dari objek yang akan diteruskan untuk mengatur relay yang secara otomatis akan membunyikan peringatan untuk menjaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan.
Danendra juga berkata jika rencana pengembangan perangkat ini ke depan akan diintegrasikan ke dalam rompi. Sehingga lebih fleksibel dalam penggunaan dan pemasangan sensor dari dua arah, depan dan belakang.
H. Ramelan selaku Kepala Sekolah SMP IT PAPB Semarang sangat bangga atas pencapaian anak didiknya itu di kejuaraan internasional.
“Kita sebenarnya juga sudah mengikuti WICE pada tahun 2019 lalu, namun masih mendapatkan silver medal,” kata Ramelan dengan penuh rasa bangga.
Peran kelima siswa ini tidak terlepas dari ektrakulikuler sains project. Ia mengatakan bahwa saat ini sudah ada 31 penelitian. Terobosan baru dan penemuan baru diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tayang di media berikut: